16 Tahun Sejarah Kopi Mekar Sari Dari Gunung Gede Pangrango Sukabumi

Selasa, 01 Februari 2022 - 18:27 WIB
16 Tahun Sejarah Kopi Mekar Sari Dari Gunung Gede Pangrango Sukabumi
16 Tahun Sejarah Kopi Mekar Sari Dari Gunung Gede Pangrango Sukabumi

TatarSukabumi.ID - Kelompok Tani (Poktan) Kampung Cijagung Pojok Panineungan, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi sukses melahirkan produk kopi arabika berlabel Mekar Sari.

Sama dengan brand yang di jual, Kopi yang ditanam di dataran tinggi kawasan kaki Gunung Gede Pangrango ini di produksi oleh Poktan Mekar Sari.

Mengintip lebih jauh tentang sejarah Kopi Mekar Sari, sekitar tahun 2006 silam, Enung dan Suparno, pasangan suami istri sekaligus pengurus Poktan mencoba memperkenalkan tanaman Kopi di wilayah ini.

16 tahun lalu mereka mencoba bertani kopi di kawasan Cinumpang Kadudampit.

"Awalnya Kami mencoba menanam kopi pada tahun 2006 dengan membeli sekantong bibit kopi, sekitar seribu benih dari Pangalengan," ungkap Enung kepada TatarSukabumi.ID.

BACA JUGA : Diduga Sengaja Ditinggalkan Ibunya, Bayi Lengkap Tali Ari-ari Ditemukan Warga Tergeletak

Padahal pada saat ini, Enung dan Suaminya mengaku sama sekali tidak mengetahui tata cara bercocok tanam kopi.

"Hanya berbekal keyakinan dan pola bertani seadanya, tumbuhan kopi kami bisa tumbuh juga," tutur Dia.

Tidak terlalu menunggu waktu lama, sekitar 2 tahun dari awal tanam, panen raya Kopi yang mereka tanam telah tiba.

Meski panen telah di depan mata, permasalahan baru dihadapi Enung dan Suparno, Mereka mengaku cukup kesulitan menjual hasil Kopi yang dipanen.

"Awal panen tahun 2009, dari situ tidak terbayang mau dipasarkan kemana. Kami coba jual di lingkungan terdekat, sebagian dibagikan ke tetangga agar mencoba rasa kopinya," ungkap Enung.

BACA JUGA : Aturan dan Sistem Baru Dalam Pilkades Serentak 70 Desa di Sukabumi

Lebih jauh Enung mengatakan, setelah cukup sukses dengan hasil panen biji kopi, pada tahun 2009 instansi Perintah Daerah terkait datang, membawa program penghijauan sekaligus penyuluhan kepada Petani bahkan  menginisiasi untuk pembentukan kelompok tani Mekar Sari.

"Setelah pembentukan Poktan hingga tahun 2013 kami terpilih sebagai kelompok tani hutan berprestasi dari badan pertanian perikanan dan kehutanan kabupaten Sukabumi," terangnya.

Pada tahun  2010 hingga 2013, Poktan Mekar Sari menjalin kerjasama dengan Pihak ketiga dari Medan Sumatera Utara.

"Saat itu dalam pertahun kita bisa menghasilkan 15 ton kopi. Namun di tahun 2013 harga kopi sempat jatuh, hingga sebagian petani yang tidak miliki modal membabat tanaman kopinya," terang Enung.

BACA JUGA : Pedagang Sadar Bongkar Lapaknya Sat Pol PP Tertibkan PKL di Ruas Jalan Protokol Cibadak

Didalam keterpurukan akibat harga Kopi anjlok di pasaran, Poktan Mekar Sari mencoba bertahan hingga awal 2017 harga kopi kembali naik.

"Dari situ kami mulai semangat kembali menanam kopi," ungkap Enung.

Kemasan Kopi Mekar Sari awalnya hanya menggunakan plastik bening polos, seiring waktu saat ini telah berubah.

"Kami gunakan kemasan baru sekitar enam ini. kalau dulu memakai stiker hanya di foto copy yang ditempel di plastik polos," ungkapnya.

Untuk pemasaran pun saat ini Poktan Mekar Sari mulai berkembang tidak hanya menjual kepada warga lokal.

"Penjualan melalui online, saat ini mulai masuk di beberapa cafe, gerai Dekranasda, dan masuk ke Asosiasi Petani Kopi Indonesia," ungkap Enung.

Saat ini Poktan Mekar Sari rata rata menjual 50 kilogram dalam setiap bulan dengan harga berkisar 8 juta rupiah.

"Untuk cafe biasanya menggunakan biji mentah, untuk harga perkilo kopi mentahan seharga dua ratus lima puluh ribu, lalu untuk kemasan 100 gram seharga 30 ribu, kami juga menjual bibit kopi mulai harga dua ribu."beber Enung.(*)

TERPOPULER

SUKABUMI TERKINI