Selain itu warga terpaksa menggali kubangan dari dasar sungai Cidadap yang mengering sedalam 50 hingga 100 centimeter agar air bisa keluar.
"Untuk kebutuhan sehari-hari saya sampai tiga kali datang ke sungai jadi cukup melelahkan," ujarnya.
Disinggung ke higienisan air Sungai yang selama 2 bulan terakhir di konsumsi warga, Diki mengaku tidak tahu apakah kualitas air tersebut layak atau tidak untuk di konsumsi.
"Sampai saat ini tidak warga yang mengalami gangguan kesehatan setelah minum air itu. Namun kami khawatir sumber air tersebut mengering karena saat ini pun sungai utamanya airnya sudah hampir kering. Jika sudah kering kerontang harus kemana lagi kami mencari air," keluh Diki.
Mewakili warga setempat, Diki berharap bantuan Pemerintah untuk mengatasi kritis air yang seolah menjadi agenda rutin setiap musim kemarau.
"Mungkin saat ini akan masuki musim hujan dan masalah bisa terselesaikan, kami minta pemerintah membuatkan sumur bor untuk kami, agar pada saat kemarau mendatang kami tidak kerepotan lagi," harapnya.(*)