El Nino Berdampak Panen Ubi Jepang Petani Sukabumi Tujuan Ekspor Singapura Anjlok

Kamis, 26 Oktober 2023 - 18:35 WIB
El Nino Berdampak Panen Ubi Jepang Petani Sukabumi Tujuan Ekspor Singapura Anjlok
El Nino Berdampak Panen Ubi Jepang Petani Sukabumi Tujuan Ekspor Singapura Anjlok

TatarSukabumi.ID - Kemarau panjang dan fenomena El Nino berdampak signifikan terhadap hasil panen Ubi Jepang (Satsui Maimo) Petani Kampung Lemah Duhur, Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi. 

Petani menghadapi penurunan jumlah produksi, dengan hanya menghasilkan sekitar 8 ton per hektare dari lahan mereka, padahal bila panen normal mereka biasa meraup 20 hingga 25 ton setiap hektarnya.

Hal ini disampaikan Petani Milenial, Mukhlis Rahayu atau biasa akrap disapa Akay Trisula (35 tahun) asal Kadudampit.

Menurut Dia, Petani di Kampung Lemar Duhur, Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit penghasil Ubi Jepang dengan tujuan pasar ekspor Negara Singapura sangat merasakan dampak buruk dari musim kemarau yang cukup ekstrim ini.

"Kekeringan berkepanjangan telah menurunkan produktivitas tanam dan menyebabkan puso di ubi Jepang, hingga mengurangi bobot dan saham seperti biasanya,"  kata Akay, Kamis (26/10).

BACA JUGA : Pembentukan Dewan Pengupahan Untuk Penggodokan Upah Minimum Kabupaten Sukabumi 2024

Menurut Akay, kualitas Ubi yang dihasilkan sepanjang musim kemarau kali ini mengalami penurunan, terutama pada ukuran Ubi mengecil.

"Rata-rata biasanya petani itu panen ada 20- 25 ton. Nah, sekarang jadi 5 hingga 8 ton saja. hasil buahnya banyak yang kecil," tukasnya.

El Nino berdampak pada anjloknya hasil panen jauh dari target. Lanjut Akay Petani di Desanya tidak hanya  memasok kebutuhan Ubi dalam negeri saja namun pasaran utama memenuhi kebutuhan ekspor ke Singapura.

Negara Singapura membutuhkan pasokan Ubi Jepang melimpah hingga ratusan ton setiap minggunya.

"Kami masih kekurangan barang, seminggu itu minta ratusan ton. Sementara rata-rata di Sukabumi ini karena kami belum terlalu besar paling sanggup 10 ton perminggu," timpalnya.

BACA  JUGA : Akan Dibangun Gedung Bioskop Baru di Kabupaten Sukabumi

Akay mengaku membeli Ubi Jepang dari para petani setempat  dengan harga 3 ribu rupiah  perkilogram dengan ukuran Ubi 100 gram ke atas. Sementara itu, eksportir di penampungan menjual dengan harga 10 ribu perkilogramnya.

"Jadi, untuk target maupun kuota ekspor ke luar negeri, khususnya ke Negara Singapora itu, tidak ada batasannya. Tapi, kalau untuk kebutuhan lokal untuk pasar di Indonesia itu hanya 60 ton per harinya," paparnya.

Hal senada diungkap Edi Susianto (55 tahun) Petani Ubi Jepang asal Kampung Lemah Duhur, Sukamanis yang memiliki lahan pertanian sekitar 3 hektare.

"Biasanya kalau lagi normal bisa menghasilkan Ubi untuk ekspor ke Singapura 20 sampai 25 ton namun, kalau sekarang paling bisa menghasilkan 8 ton karena banyak ukuran buah kecil," jelasnya.

Edi mengaku mulai menanam Ubi Jepang sejak empat bulan terakhir ditengah musim kemarau.

"Iya, karena saat musim kemarau, tanaman ubi ini tidak maksimal tersiram air. Nah, dampaknya buahnya jadi banyak yang kecil," pungkasnya.(*)

TERPOPULER

SUKABUMI TERKINI