TatarSukabumi.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) deteksi adanya pusat tekanan rendah (low pressure area/LPA) atau dikenal sebagai potensi bibit siklon di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dua hari terakhir, LPA ini berpotensi berkembang menjadi Siklon Tropis.
Berdasar pada hasil analisis dinamika atmosfer terkini, bibit siklon tersebut diprediksikan masih bertahan dan menunjukkan pergerakan ke barat mendekati wilayah laut di Selatan Jawa Timur dengan potensi intensitas menguat hingga dua hari mendatang.
BMKG terus memonitor perkembangan potensi bibit siklon tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan menjadi siklon tropis.
BACA JUGA : Terungkap! Hasil Kajian Badan Geologi Pemicu Bencana Pergerakan Tanah di Sukabumi
Dari keterangan tertulis Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto seperti dikutip TatarSukabumi.ID menyatakan bahwa keberadaan bibit siklon cukup signifikan berdampak pada pembentukan pola konvergensi dan belokan angin di wilayah Sumatra Selatan-Jawa-Nusa Tenggara.
Bibit siklon secara tidak langsung dapat berdampak pada pembentukan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
"Selain itu dapat menimbulkan potensi angin kencang di wilayah perairan dan potensi gelombang tinggi di wilayah laut bagian selatan Jawa hingga Nusa Tenggara," ungka Guswanto, Selasa (22/2) kemarin.
Keberadaan LPA atau potensi bibit siklon tersebut secara signifikan tidak hanya berdampak pada pembentukan pola konvergensi dan belokan angin di wilayah Sumatra Selatan - Jawa - Nusa Tenggara, lebih jauh menurut Guswanto, LPA secara tidak langsung dapat berdampak pada pembentukan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang dapat disertai kilat (petir) dan angin kencang, selain itu dapat menimbulkan potensi angin kencang di wilayah perairan dan potensi gelombang tinggi di wilayah laut bagian selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Lebih jauh menurut Dia, Kondisi dinamika atmosfer secara umum cukup signifikan berpengaruh terhadap potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Jawa mulai tanggal 23 Februari 2021.
"Untuk wilayah Jabodetabek, potensi cuaca ekstrem berdampak signifikan diprediksikan dapat terjadi mulai tanggal 24-27 Februari 2021. Kejadian hujan di wilayah Jabodetabek pada periode tersebut perlu diwaspadai terutama pada malam/dini hari menjelang pagi dengan potensi distribusi hujan dapat terjadi secara merata," ungkap Guswanto.
Sebagai bentuk antisipasi potensi dampak bencana banjir akibat cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek, BMKG berperan aktif bersama BPPT, BNPB, TNI AU, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan instansi terkait lainnya dalam kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang sudah mulai dilakukan sejak Minggu (21/2) lalu.
"Kegiatan posko TMC dilakukan secara terpusat di Bandara Halim Perdana Kusuma. Tim personil BMKG yang terlibat langsung dalam kegiatan posko tersebut bertugas memberi informasi kondisi cuaca ter-update setiap saat yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penyemaian awan, Kegiatan TMC dilakukan dengan cara melakukan penyemaian garam pada sel-sel awan hujan yang berada di atas Laut Jawa dan Selat Sunda, sehingga diharapakan proses kondensasi dapat berlangsung lebih cepat sehingga hujan dapat turun di Laut Jawa dan Selat Sunda sebelum masuk ke daratan," jelasnya.
BMKG mencatat sebagian besar wilayah Indonesia (96 persen dari 342 Zona Musim) saat ini telah memasuki musim hujan.
Halaman Selanjutnya >